Demikian pula kaki, mata, hidung, kulit, seluruh bagian ini ketika sholat bergetar dan berdzikir. Bergetar dan bergerak seperti kedutan,tidak, terkontrol. Awalnya kebingungan dengan kondisi ini. Semakin saya tentang, maka kekuatan sangat dahsyat muncul, bahkan memutar seluruh tubuh sampai terjatuh. Berpusing. Bumi seolah bergoncang, sehingga saya tidak mampu bangkit lagi. Anggota tubuh saya seolah mencemooh dan seolah menantang atau memberi tahu "Lihatlah apa yang bisa kau lakukan kalau Allah tidak memegangmu". Lihatlah ... apakah daya upayamu...dimana kesombonganmu, keangkuhanmu ... Apa yang kau banggakan, bahkan menguasai anggota badan saja tidak ada kemampuan sedikitpun.
Hanya ketika saya berserah diri, memohon kepada Allah dengan sepenuh kesungguhan, semua rasa sakit mendadak hilang, lenyap. Rasa pusing tidak ada, seperti kejadian yang menyiksa dan menyakitkan tadi tidak pernah ada. Seolah mimpi saja, walaupun saya sedang sholat dengan kesadaran penuh.
Mungkin semua ini terjadi kepada saya, karena terlalu mengagulkan otak, menonjolkan akal, ketidak percayaan, terlalu merasa tinggi, angkuh, sombong merasa lebih. Dengan permohonan agar diberi bukti langsung, saya akhirnya menerima bukti secara langsung pada badan saya. Ketika bukti ini datang, dan saya tak mampu menentangnya, terheran-heran, bengong, takjub, tertunduk, menyerah dalam pasrah, dalam keyakinan.
Demikian pula ketika saya berdzikir, seolah setiap bagian dari tubuh saya berlomba dan berpacu dalam dzikir. Sekarang saya sudah mengerti dan mampu mengatasi, seperti menaiki kuda yang sudah jinak, maka ketika sholat gerakan yang saya lakukan bukanlah saya yang menggerakkan badan saya, energy tsb yang menggerakkan saya takbir, sujud, rukuk. Saya hanya menunggu, kapan energy itu timbul dan mengangkat tangan dan badan saya, seperti menaiki karet atau busa atau per dengan pegas, atau medan magnet yang menarik dan memaksa bergerak. Terasa ringan dan enteng.
Di luar sholatpun ketika saya berdzikir, tangan saya akan bergerak dengan sendirinya, lembut, halus, enak dan nikmat seolah menari. Namun kalau saya tentang atau melarang akan berubah kuat menekan, mencengkeram, memaksa bergerak. Hanya dengan kesadaran menghadapkan kepada Allah, tangan itu tunduk dan patuh kepada saya. Maka dengan akal, dengan rasio dan keyakinan penuh saya meyakini bahwa tubuh dan seluruh perlengkapan di tubuh ini bukan milik saya. Saya hanya diberi pinjam untuk menggerakkan.
Kondisi ini tentu saja ketika dengan kesadaran penuh, saya hadapkan jiwa, ruh, raga, akal saya kepada Allah dengan penuh kesungguhan, kepasrahan, total. Dalam dzikir, dalam pujaan, dalam kesungguhan. Artinya kesadaran saya on kan kepada Allah. Tentu saja saya bisa off-kan kapan saja saya mau. Ketika kesadaran ini saya off kan, maka tidak ada energy. Tidak ada hal-hal yang saya sebutkan diatas, saya masih sama persis seperti saya dua bulan lalu.
Agar lebih jelasnya sekali lagi saya tekankan bahwa perubahan ini terjadi kalau saya "on-kan" kesadaran kepada Allah. Seperti kita semua sadar bahwa Allah memberi kebebasan mutlak kepada saya, kepada kita, apakah mau mengikuti petunjuk Allah (on) ataukah mengingkari petunjukNya (off). Free will. Semoga Allah memberi kemudahan untuk tetap di jalanNYA.
Sering terpikir, mengapa kok saya? Saya yang tidak banyak mengerti agama, yang cuma hafal beberapa ayat-ayat pendek saja?. Kelebihan saya, kalau itu suatu kelebihan, adalah keseriusan dan kesungguhan untuk menemuiNYA.Untuk mendapatkan bagaimana sholat yang khusuk untuk pertama kali, saya mencoba sampai sekitar 5 jam, diulang-diulang, dicoba dan dicoba, sampai saya tahu seperti itu rasanya khusuk, walaupun khusuk cuma sekilas. Namun pengertian itu sudah mampu membawa ke arah selanjutnya.Lalu dilakukan secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Terus menerus, dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, serius dan sungguh-sungguh. Namun jangan difikirkan kalau kegiatan saya hanya sholat saja. Tidak sama sekali tidak. Saya justru semakin giat dan bersemangat untuk bekerja. Berkarya, mendidik anak, dan aktif di lain hal, termasuk kegiatan yang sudah lama tidak pernah saya lakukan, mendatangi pengajian apabila waktunya ada. Mungkin ada yang bertanya. Apakah saya aktif sholat terus menerus setiap saat. Jawabnya: Tidak, sama sekali tidak. Saya tetap manusia biasa, dengan keterbatasan kerja, meeting, antar jemput anak, sholat sering terlambat, kadang tidak sempat sholat dhuhur, kadang tidak sempat sholat maghrib. Kadang sudah mendekati habis waktu sholat. Masih kegiatan manusia normal sehari-hari bekerja.
Namun saya hanya memohon, Ya Allah inilah sebaik kemampuan yang bisa ku usahakan, ampuni aku. Jangan beri kemarahanMU, jangan tinggalkan aku karena kelalaianku. Untuk selanjutnya, saya mencoba lebih baik lagi, sedikit lebih baik dan semakin baik dan seterusnya. Mudah-mudahan, suatu saat nanti, saya akan mampu melaksanakan semua hal yang terbaik. Saya terus berusaha untuk itu. Namun saya berusaha sholat sebaik mungkin setiap ada kesempatan untuk sholat. Ya, suatu hal yang terbaik yang bisa saya lakukan saat ini, walaupun kekurangannya masih sangat banyak, masih sangat jauh dari sempurna.
Hasil atau manfaat sholat khusuk itu luar biasa, bermanfaat lahir dan bathin, jiwa dan raga. Sebagai tambahan lagi, ketenangan dan kedamaian yang didapat di sholat bukan hanya di hati, namun terasa menyebar ke seluruh tubuh, seperti kita selesai mandi sauna, atau massage, dipijit urut. Kepuasan sholat seperti puasnya kita melakukan sesuatu yang membahagiakan, menerima piala juara satu, dan banyak hal lagi yang terasa, di jiwa dan di raga kita.
Kalau ada yang mau mencoba dan bersungguh-sungguh, Insya Allah dengan bekal rekan-rekan yang sudah pasti melebihi saya dalam segala di bidang agama, akan sangat mudah, karena saya yang tidak mengerti apa-apa bisa sampai disini, membawa manfaat bagi jiwa dan terasa pada badan atau raga saya, real, nyata, dan pasti, tidak ada keraguan sedikitpun, sehingga mengubah cara hidup, cara pandang, cara berfikir, cara berbicara, cara berjalan, cara berpakaian, terasa menyegarkan, menyehatkan dan lain sebagianya.
Selain itu, setelah enam tahun lebih saya tidak mampu berpuasa, enam tahun lalu masih sanggup berpuasa sekitar sepuluh hari, tahun berikutnya cuma mampu seminggu, sampai tahun lalu cuma mampu satu hari atau dua hari saja, karena setiap kali berpuasa, baru setengah hari badan pasti sudah seperti pakaian kotor, tidak mampu bangun, tidak ada kekuatan dan energy sama sekali, lalu terasa kesakitan dan efek yang bermacam-macam langsung antri berdatangan di tubuh, tersiksa dan menderita.
Alhamdulillah sudah dua minggu ini, saya mampu melakukan puasa Senin Kamis tanpa efek sama sekali, sebagaimana halnya orang-orang normal.Insya Allah bulan Romadhon ini akan saya tunggu dengan penuh harapan. Semoga Allah memanjangkan umurku untuk bertemu Romadhon tahun ini dan mampu berpuasa sebulan penuh sebagaimana layaknya orang normal. Amin.
Bersambung
Iman Sarjono