Tanya :
Assalamu 'alaikum sahabat
Ketika saya membaca mengenai proses penciptaan manusia ada beberapa hal dimana saya masih bingung yaitu saat Allah SWT memberikan ruh kepada manusia. Berikut saya cantumkan terjemahan ayat tersebut :
Surat 32:9, " Kemudian disempurnakanNya kejadian manusia dan ditiupNya ruh ke dalam tubuhnya serta dianugrahiNya pendengaran, pemandangan dan hati. Tetapi sedikit diantaranya yang berterima kasih kepadaNya." Surat 38:72, "Apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ruh kepadanya, lalu mereka (malaikat) itu telungkup, seraya sujud (tunduk) kepadanya."
Apakah maksud ayat tersebut bahwa ruh yang ditiupkan adalah merupakan ruhNya yang merupakan bagian zat Allah atau merupakan ruhNya yang diciptakan khusus untuk manusia ? Saya sudah pernah mendengar tentang nafakh ruh dan ruh al quds namun belum begitu paham. Mengapa ruh al quds disebut perkembangan dari nafakh ruh ? Dalam tafsir/terjemahan Qur'an Karim Prof. H. Mahmud Yunus disebutkan bahwa ruh al quds merupakan Jibril, seperti yang terdapat dalam surat 2:87, "Sesungguhnya telah Kami turunkan kitab Torat kepada Musa, dan Kami iringi dibelakannya dengan beberapa rasul dan Kami berikan kepada Isa anak Marjam beberapa keterangan, (bahwa ia mendjadi rasul) dan Kami kuatkan dia dengan roh sutji (Djibril). Adakah tiap - tiap rasul jang datang kepada kamu, membawa sesuatu jang tiada bersesuaian dengan kemauan kamu, maka bersifat sombong kamu, segolongan kamu dustakan dan segolongan lagi kamu bunuh.".
Mohon komentarnya agar saya lebih yakin dan mohon maaf bila ada kesalahan.
Terima kasih.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Jawab :
Assalamu'alaikum wr.wb.
Pengetahuan kita mengenai ruh bercampur dengan pendapat agama-agama lain yang tersebar di sekitar kita, baik melalui buku-buku maupun melalui pembicaraan sehari-hari. Ruh bagi orang awam adalah jiwa … atau nyawa …seperti nyawa pada ayam. Ruh bagi orang Kristen adalah trinitas ruh Allah yang berada dalam wadag / jasad manusia. Ruh bagi orang hindu adalah Emanasi (Pancaran atau percikan ruh Tuhan), yang terpancar kedalam setiap makhluq ibarat percikan kembang api. Ruh bagi orang kejawen adalah suksma kawekas yaitu sejatinya tuhan ialah ingsun (aku) itu sendiri.
Masalah ini jarang dibicarakan oleh seorang ulama … sehingga banyak golongan manusia yang tersesat, hingga ... sampai kini kita belum mengenal betul apa & siapa ruh itu.
Kerancuan itu terkadang disebabkan pengetahuan yang bercampur dengan pendapat dari agama-agama lain atau kepercayaan filsafat ….yang lebih dominan menyajikan persoalan ruh ini ketimbang ulama kita yang melarang menanyakan peroalan ruh dengan dalil bahwa ruh itu urasan Tuhan. Akan tetapi kita menjadi sesat karena kita tidak memiliki pengetahuan masalah ruh.
Baiklah sebelum saya jelaskan lebih lanjut masalah ruh, saya akan kemukakan pendapat ulama mengenai hal ini…
Sebagian diantara mereka ada yang berpendapat, bahwa semua ruh itu adalah makhluk. Ini merupakan pendapat Ahlul Jama'ah Wal Atsar. Mereka berhujjah dengan sabda Nabi Saw. "Ruh-ruh itu serupa dengan pasukan perang yang dikerahkan. Selagi saling mengenal, maka ia bersatu, dan selagi saling mengingkari, maka ia akan berselisih". Pasukan perang yang dikerahkan adalah makhluk.
Sebagian yang lain berpendapat, ruh termasuk ketetapan Allah, dan Allah menyembunyikan hakikatnya, tidak dapat diketahui makhluk-Nya. mereka berhujjah dengan firman Allah : " Ruh itu itu termasuk ketetapan Rabbku" ( Al Isra':85)
Sebagian yang lain berpendapat, ruh itu merupakan cahaya yang menjadi bagian dari cahaya Allah, merupakan kehidupan yang menjadi bagian dari kehidupan Allah. Mereka behujjah dengan sabda Nabi : "sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan dan memasukkan cahaya-Nya kepada mereka" ( diriwayatkan At Tirmidziy dan Ahmad )
Kemudian kalangan ulama berselisih pendapat tentang ruh, apakah ia mati ataukah tidak apakah ia disiksa bersama badan di barzah dan ditempat tinggalnya setelah kematian ? Apakah ia berada didalam jiwa atau di mana ?
Islam menunjukkan bahwa diri manusia, disamping ada nafsu yang disebut Id 'aqlu yang dinamakan Ego, dan qalbu yang biasa disejajarkan dengan super ego, masih ada lagi satu unsur rohaniah yang disebut "ruh". Ruh ini bekerja secara mutlak, tak kenal kompromi. Dia tetap terjaga dari noda. walaupun suatu ketika qalbu jatuh dalam tarikan nafsu, namun ruh tetap bertahan dan mencela kelemahan qalbu tersebut. Dia mengawasi gerak-gerik qalbu tersebut, misalnya, anda berbohong kepada orang lain, maka akan terasa dengan jelas suara yang dalam mengatakan "kamu berbohong ..." Dia tidak pernah kompromi walaupun anda memberikan alasan apapun.
Pengetahuan masalah ruh didalam alqur'an hanya dijelaskan bahwa "Ruh itu ketetapan Rabbku ( Al Isra': 85) dan pada surat Alqiyamah : 14 "akan tetapi didalam diri manusia ada bashirah (yang tahu) ". Allah Swt tidak menjelaskan, dan merahasiakan bentuk ruh itu sendiri. Akan tetapi hanya memberikan keterangan sifat dan fungsi ruh terhadap nafs manusia. Ruh adalah substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat dan merupakan tempat pengetahuan intelektual yang berasal dari ilahy … qulil ruuh min amri rabbi
Kita hanya bisa merasakan keberadaan ruh yang bersemayam didalam diri … sampai kepada keadaan yang lebih tinggi yaitu keadaan jiwa yang luas … Jiwa itu juga masih termasuk jasad (instrument)) dimana keberadaannya merupakan sesuatu yang bisa kita bayangkan keluasannya dan bentuknya, namun kita tahu bahwa didalam jiwa itu ada yang memiliki yaitu "aku" … jadi 'Aku' itu bukan jiwa melainkan ruh nya jiwa …aku inilah yang dimaksudkan surat Alqiyamah sebagai "bashirah", yang mengetahui … ia bersih dan selalu tahu apa yang kita lakukan dimana saja berada walaupun kita sedang tidur Kemudian ia mengetahui kita sedang berada di alam ghaib… ia mengetahui kita berada di neraka. ia mengetahui hati sedang gundah ... pikiran putus asa … akan tetapi ia bukan alat-alat itu semua … ia berada diatas seluruh alam termasuk alam syurga … Ialah yang mampu menembus dan menerima wahyu Tuhan, … kenyataan inilah ruh dianggap sebagian orang sebagai ruh Allah atau pancaran ruh ilahy….memang ia bersifat abadi … tidak mati ….. selalu sadar akan dirinya … namun ia bukan tuhan .. ia adalah tempat tuhan menurunkan rahasia-rahasia ilham dan firman, sehingga ia mendapatkan mandat amanat menerima perintah (amar) sebagai khalifah dan malaikat diperintahkan bersujud…
Aku adalah rahasia Allah, dikarenakan ia sesuatu yang sangat suci seperti bayi … ia digambarkan oleh agama lain sebagai sang Kresna … Yesus kristus dan sang Budha .. atau zoroaster… maka wajarlah jika mereka hampir kesulitan membedakan tuhan dan ruh itu sendiri karena hampir identik dengan sifat Tuhan ….sesuai dengan surat Ar Rum ayat :30 "maka hadapkalah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ,( tetaplah atas ) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Seperti halnya didalam hadist qudsi dikatakan jika hamba mendekati kepada Allah sehingga Allah mencintainya, maka yang menjadi penglihatannya adalah penglihatan Allah, yang menjadi pendengarannya adalah pendengaran Allah, apabila memohon pasti dikabulkan
Juga didalam ayat lainnya … bukan engkau yang melempar musuhmu itu ya Muhammad akan tetapi Aku yang melemparnya…..
Pada tahapan inilah kebanyakan para sufi terjebak pada merasakan kedekatan yang sangat akan keagungan tuhan, sebagaimana Syekh Mansyur Al Hallaj … yang tidak mampu melepaskan kefanaannya, sehingga ia terucap kalimat Anal Haq Akulah kebenaran sejati (Allah), seharusnya disini sang Syekh harus melepaskan diri dari hakikat kemanusiaannya "bahwa sebelum ada sesuatu (yang diciptakan .. yang ada hanyalah Allah semata ) yaitu masih sebelum ada alam semesta"
Keadaan fana ini pernah terjadi kepada Nabi Musa As. Saat Allah bertajalli (menampakkan diri) kepada bukit …bukit tersebut hancur dan Musa pun jatuh pingsan, pada saat itulah kemanusiaanya lebur kecuali 'Aku' yang masih ada … ia bisa menceritakan keberadaan Allah bahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Allah tidak bisa dibayangkan, bukan laki-laki bukan perempuan … ialah yang Maha Esa …. Keadaan ini dinamakan makrifat …melihat Allah dengan sebenar– benarnya….
Saya akan membuat pertanyaan kepada anda … Pernahkah anda pingsan (anggaplah pernah ) ? Coba anda ceritakan bagaimana rasanya pingsan … Tidak terasa apa-apa …tidak mengetahui sekelilingnya .. tidak terdengar suara apa-apa bahkan tidak mengetahui apapun disana … pokoknya tidak tahu apa-apa …tapi bukan mimpi
Saya akan tegaskan kepada anda … siapakah yang mengetahui bahwa disana tidak terdengar apa-apa. Tidak mengetahui orang disekitarnya, tidak sama dengan mimpi ... dan tidak tahu apa-apa ... Sesungguhnya anda telah menceritakan keadaan atau suasana pingsan ketika anda sadar, sehingga anda mampu membedakan keadaan tidur biasa dengan mimpi .
Itulah Aku yang sejati ... yang mengetahui (bashirah) segala keadaan alam …dan aku berada diatas seluruh alam. Aku inilah yang akan kembali pulang ke asalnya, inna lillahi wa inna ilaihi raji'un ……
Jawaban atas pertanyaan anda mengenai ruh saya jawab dengan menunjukkan keberadaannya… sama halnya ketika saya bertemu seorang master taichi (beliau juga bergabung dalam jamaah dzikrullah, Jakarta) dan saya meminta beliau untuk menceritakan apa itu CHI …..lalu dia berbalik bertanya kepada saya pernakah anda merasakan merinding pada tengkuk leher ketika merasa takut melintas dikuburan pada tengah malam ? .pernah , jawab saya … nah itulah Chi ….
Kira-kira itulah jawaban saya atas ruh …namun saya minta maaf, saya merasakan kurang puas dalam menjawab pertanyaan anda ..karena keterbatasan kata yang tak mampu mewakili keinginan saya untuk menjelaskan lebih dalam masalah ruh ini … mudah-mudahan anda memakluminya … Sebetulnya saya lebih suka menjelaskan secara langsung, tatap muka, daripada dengan tulisan begini ... mudah-mudahan dengan terealisirnya rencara 'kopi darat' akan menjadi lebih jelas hal-hal yang masih menjadi ganjalan ... insya Allah.
Sebenarnya soal ruh ini pernah saya bahas pada bab hakikat manusia … yaitu menelusuri kesadaran diri yang sebenarnya…insya Allah jika anda memasuki kedalam praktek ruhiyah anda akan lebih mudah mengerti … sebab kadang kita untuk memahami sesuatu tidak selalu harus memakai pikiran akan tetapi memerlukan kecerdasan jiwa yang bisa digali melalui praktek spiritual …pendekatan kejiwaan kepada Allah Swt. secara total
Wassalam,
Abu sangkan
123