Sebenarnya uraian Hujjatul Islam itu sudah gamblang dan terinci, perkara roh, nafs dan akal. Namun kadang sipembaca menjadi bingung, jika tidak pernah diajak masuk kedalam alamnya, sehingga menjadi penghayalan dan harapan dipinggiran wilayah rohaninya…saya merasakan tidak pernah diajak kewilayah ilmu itu ketika saya belajar Ihya' Ulumuddin dipesantren … kita hanya diajak ngalap berkah dari kitab itu bukan memasukinya padahal kitab itu berisi jalan praktisnya bukan untuk khataman seperti yang pernah saya alami … keterangan Alghazali adalah modal untuk berjalan menuju ke alam yang dimaksudkan ..bukan untuk diperdebatkan … karena keterangan Alghazali bersifat "Laku praktis" agar kita tidak terjebak kepada alam-alam yang menakjubkan sekaligus mengingatkan para sufi agar tidak bermain diwilayah nafsunya … sebab lathaif-lathaif itu sangat menggoda keinginan untuk berlama-lama disana, padahal tujuan kita adalah makrifatullah dan menerima apapun keputusan Allah …
Persoalan penting yang perlu ditangkap dari keterangan Alghazali adalah hati nurani bukan hati berupa daging
"Hati"(Qalb) mempunyai makna membalik kembali,pergi maju
mundur,berubah,naik turun….. atau bisa diartikan sifat yang labil (was-was ). Hati yang terlepas dari sifat labil disebut sifat muthmainnah (tenang)….jiwa inilah yang mampu menangkap ilham-ilham dari Allah" wanafsiw wama sawwaaha fa alhamaha fujuraha wataqwaaha" (demi jiwa..serta penyempurnaannya ... maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan ( Asy syams 7-8)
Untuk melepaskan dari ikatan syahwati kita harus mampu menembus alam-alam itu dengan menyadari bahwa "aku" adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan yang dihembuskan dari-Nya kedalam jasad …Aku bukan sifat (labil / qalb) akan tetapi aku adalah yang mempunyai alam-alam itu (sifat-sifat seperti ..lawwamah.. `ammarah..sufiyah dan muthmainnah) sifat-sifat itu disebut nafs (diri)….firman Allah innan nafsa la'ammaratun bis su' (sesungguhnya diri (nafs) selalu mengajak kepada keburukan …Yusuf:53)dan diri yang selalu menyesali (wala uqsimu binnafsil lawwamah ..surat Al qiyamah:2) yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah (wahai jiwa /diri yang tenang …( Al fajr:27-28)
Itulah karakter jiwa yang disebut di dalam Alqur'an … bukan
berarti jiwa itu berjumlah banyak ,akan tetapi jiwa mempunyai watak yang selalu berkecenderungan mengikuti sifat-sifat tadi …sebenarnya yang dimaksud itu adalah jiwa itu sendiri (diri) dan jiwa yang mempunyai sifat labil itu disebut qalb (hati) dan didalam jiwa itu mempuyai diri yang biasa menyebut dirinya "aku" dan mempuyai sifat mengetahui (bashirah) "aku inilah yang dikatakan merupakan kesadaran tertinggi yang mampu melihat Allah …ialah ruhnya jiwa yang dikatakan dalam Alqur'an merupakan urusan Tuhan….
Sekali lagi kita banyak terjebak dengan istilah-istilah yang rumit
… mengenai jiwa dan hati …gampangnya saya perumpamakan begini … si fulan adalah anak yang manis ..rajin….simpatik ..dan baik , semua sebutan itu sadalah sifat atau karakter si fulan .dan yang dimaksudkan manis itu menujukkan sifat sifulan ….
Tidak terlalu penting saya kira untuk mengotak-atik karakter jiwa,
... yang terpenting adalah bagaimana kita membersihkan jiwa, agar memiliki kecenderungan yang istiqamah yaitu selalu berbakti kepada Allah …dan dirihoi-Nya. Yaa Ayyatuhan nafsul muthmainnah ..irji'ii ila rabbiki radhiatan mardhiyyah ….(Al fajr:27-28). Itulah kesimpulan yang diterangkan oleh Hujjatul Islam AlGhazaly ………
Dikarenakan metode Ihya' kurang banyak difahami oleh kita, …
kadang-kadang kita menjadi bingung harus memulai dari mana … pemberihan jiwa ... melalui menjaga makanan ... malalui shalat malam … melalui akhlaq yang baik … menjauhkan dunia … uzlah, ... semuanya menjadi sia-sia jika tidak tahu apa yang semestinya di dahulukan, sebab kalau tidak, kita menjadi stress oleh karena aturan syari'at yang begitu banyak ….terus terang methode yang di ajarkan Ihya' itu sangat berat, mungkin karena awalnya tidak mengerti jalan lintasnya….
Untuk itu ihya ulumuddin merupakan katalisator bagi sang salik
sebagai kitab panduan agar tidak tersesat …namun jika memahami Ihya tidak mempunyai ilmu yang cukup, maka kejumudan pemikiran akan terjadi seperti yang dituduhkan oleh sebagian ulama. Dengan demikian fahamilah kitab ihya' sebelum melakukannya, karena ada inti yang mudah dari seluruh isi kitab tersebut… yaitu melatih jiwa dengan berdzikir kepada Allah dan hanya dengan berdzikir kepada Allah jiwa akan menjadi tenang … dengan ketenangan jiwa itulah ilham dan ilmu akan mengalir…. Anda tidak perlu bersusah payah untuk khusyu' atau anda tidak perlu ngotot untuk beribadah …dan anda tidak perlu lagi menahan nafsu ammarah dan syahwat, sebab anda akan mendapatkan karunia merasakan itu semua tanpa tertekan … tiba-tiba hati berubah menjadi khusyu' ... sabar…dan tawakkal … Dan seluruh isi ihya' akan tersandang sebagai baju tanpa lagi kita membuka kitab itu untuk mempraktekkannya. Semuanya itu akan muncul sebagaimana rasa marah yang tidak pernah kita undang … rasa benci ... rasa cinta ...semuanya datang tanpa kita inginkan sebelumnya…
Selama ini kita menahan rasa maksyiat … rasa amarah … dan
berupaya khusyu' didalam setiap peribadatan serta berusaha berakhlaq mulia dihadapan manusia namun kita akan mengalami kejenuhan jika sampai kepada tahapan yang lebih tinggi karena larangan dan anjuran Allah itu sangat banyak, maka mustahil kita mampu melaksanakan itu semua kecuali jiwa kita mendapatkan pencerahan dari Yang Maha agung …
Sebab sayapun pernah mengalami kesulitan didalam mempraktekkan
Ihya' waktu dibimbing langsung oleh Prof . Abdullah bin Nuh … juga kitab Al Hikam ... dan bidayatul hidayah serta Minhajul `abidin (diterjemahkan oleh beliau) … semua menjelaskan jalan menuju ma'rifat, …sampai sekarang banyak kesulitan memahami dan mempraktekkan ilmu tersebut, kecuali hanya untuk diskusi dan seminar tasawuf ditelevisi dan hotel-hotel , ... biar tidak terkesan kumuh sebagaimana tuduhan orang selama ini …namanya juga tasawuf modern…
Banyak orang hanya dibawa kealam intelektualnya, bukan kealam
spiritualnya, sehingga mustahil ia akan sampai kepada Allah jika hanya sebatas gagasan di dalam fikiran. Untuk lebih jelentrehnya ikuti saja artikel berikutnya … Ash shalatul mi'rajul mukminin …. Insya Allah.
Wassalam,
Abu Sangkan
125
ADS HERE !!!