Setelah membuat tolok ukur yang jelas, lalu tentu saja saya melihat kondisi dan kemampuan saya. Menurut saran dari Ustadz, kalau ingin mendapatkan hasil dari sholat, maka lakukan sholat yang khusuk pada waktu sunat fajar dan sunnat maghrib. Jangan dulu di lakukan di shalat wajib, karena faktor mental atau faktor asumsi yang bisa berkaitan dengan hasil.
Sekali lagi saya harus membuat batasan, saya akan lakukan sholat khusuk di saat sholat sunnat fajar saja, lihat hasilnya. Sebulan berikutnya kalau yang pertama berhasil,
saya harus mampu melaksanakan dua buah sholat sunnat ini sampai berhasil khusuk, dan seterusnya menanjak ke sholat wajib. Step by step, selangkah demi selangkah menatap anak tangga, meniti ke jajaran dan tingkat kesulitan yang lebih besar. Sekali lagi ini batasan yang harus diambil masing-masing individu, yang tentu saja terkait oleh kondisi, lingkungannya, keadaan dan yang lainnya.
Metode yang harus saya lakukan adalah mencotoh semampu dan sebisa mungkin apa yang sudah saya terima dalam latihan, tanpa menambah dan mengurangi. Niat yang utuh, lalu gerakan dan lainnya, tentu saja ini bukan suatu hal yang langsung sempurna. Ibarat seorang guru yang mencoba membuat gambar dan menerangkan tentang gajah dan hakekat gajah kepada seorang murid yang buta, maka yang pertama si buta harus bisa membuat gambar yang orang bisa mengerti kalau itu gajah. Dan bisa menjelaskan lebih baik yang membedakan gajah dengan binatang berkaki empat lainnya. Jadi tidak salah menggambar kambing yang sama-sama berkaki empat, atau kodok yang juga berkaki empat. Salah-salah menggambar burung karena merasa gambar burung lebih baik dan lebih indah.
Ok metode yang saya lakukan haruslah metode seperti yang saya misalkan menggambar gajah tersebut. Kalau tidak, ya saya tidak akan berhasil mendapatkan apa yang sudah diterangkan dan dijelaskan, sehingga tujuan saya sia-sia. Dalam eksperimen laboratorium fisika, yaitu bidang keakhlian saya, sangat jelas. Setiap langkah, ukuran, jenis dan kriteria serta kondisi dalam eksperimen harus ditentukan. Kalau tidak, ya tidak akan mungkin mendapatkan hasil yang sama.
Maka untuk membuktikan suatu hasil yang didapat orang lain, kita haruslah melakukan langkah yang persis sama atau minimal mendekati hal yang sama dengan orang tersebut.
Hal ini berbeda dengan seorang yang melakukan sesuatu experiment baru. Dalam sholat khusuk ini, walaupun terlihat sama dengan cara sholat lainnya, namun ada suatu kondisi atau keadaan yang membedakan, yaitu niat dalam jiwa atau ruh waktu kita mulai dan melaksanakan yang kemudian adalah posisi bukan pada gerakan sholat, namun peletakan posisi yang benar pada tubuh kita. Kita bisa saja gerakan ruku terlihat sama persis, namun pergerakan otot dan tulang ada sesuatu yang membedakan. Hal ini bisa ditanyakan langsung kepada orang yang berpengalaman.
Nah:
Sudah jelas:
- Batasan
- Metode
- Langkah-langkah
- Barometer atau tolok ukur keberhasilan (jangka pendek, menengah, panjang, tanpa akhir)
Dari hasil percobaan saya di hari pertama:
- Sholat khusuk itu tidak terlalu sulit. Saya belajar sepeda butuh waktu lama. Demikian pula belajar bulu tangkis, belajar komputer, belajar apapun memerlukan waktu lama, ketekunan, keseriusan, jatuh bangun dll.
Hari kedua:
- Ternyata untuk melakukan sholat khusuk, ya biasa saja. Artinya bisa, mungkin dan sangat mungkin. Saya bisa kok, saya berhasil
Hari ketiga:
- Wah ... sholat khusuk itu mudah. Di hari ketiga saya sudah lancar, mulai enak dan nyaman digunakan. Kalau belajar naik mobil itu sudah berani bawa di jalan raya walau masih ragu-ragu. Berarti pak Ustadz benar.
Hari Keempat:
- Eh ... saya sudah benar-benar lancar dan terbiasa melakukan sholat khusuk. Wah ini sih sangat mudah dibandingkan dengan belajar hal-hal lainnya yang pernah saya alami dalam kehidupan saya tentunya. Berarti Pak Ustadz salah nih.
Hari Kelima:
- Inilah saat evaluasi pertama saya, dan akan saya evaluasi di hari ke 15 dan ketiga puluh dan selanjutnya akan saya naikkan ekpektasi dari metode, atau saya kurangi batasan yang saya lakukan yaitu harus bisa sholat khusuk Shubuh dan Maghrib seperti yang Pak ustadz sarankan.
Kesimpulan ini saya dapatkan dari pengamatan:
- Badan
- Emosi atau kejiwaan hati menjadi tenang, tiada rasa was-was, tiada kekhawatiran dan tentu saja ada hal-hal lainnya yang menyangkut kesehatan yaitu badan semakin sehat, yang akan saya bahas lagi nanti.
Bersambung
Iman Sarjono