Sholat yang terasa singkat ini, ternyata sampai sekitar 2 jam. Itu saja karena raga sudah mulai membutuhkan tidur. Ya mata terasa agak berat, perlu tidur. Kalau sholat ini dilanjutkan dengan kondisi yang sama maka paling sedikit 4 jam penuh baru pas fikirku, dan ini ternyata aku tetap dan terus dalam kondisi selalu on kepada Allah, tanpa terlintas hal lain selain menyembah Allah, mengingat Allah, memuja Allah, merindukan Allah, apapun tentang Allah, mungkin inilah yang disebut 'khusuk'. dalam sholat.
Maka kalau membayangkan kenikmatan ini, walaupun harus merangkak sepuluh kilometer untuk mendapatkannya lagi, dengan kerelaan akan saya tempuh. Walaupun harus dicambuk seratus kali dulu, akan rela untuk mendapatkan kenikmatan saat sholat seperti itu. Namun ternyata tidak selalu setiap sholat mampu mendapatkan kondisi semacam ini. Kadang-kadang hampir sampai, kadang-kadang tidak sampai, mungkin tubuh yang lelah, mata yang mengantuk atau kondisi lainnya. Namun beberapa kali sudah mampu mencapai kondisi yang 'nikmat' ini.
Hasil dari sholat semacam ini masih terasa sehari penuh, dalam keyakinan, kemantaban selalu mengingat Allah, selalu on. Semoga saya bisa selalu bisa menikmati keindahan sholat seperti ini. Maka tidak akan sia-sialah hidup ini.
Sungguh, satu-satunya kebahagiaan dalam hidup saya saat ini adalah ketika bisa mengalami sholat seperti saya sebutkan diatas.
Dengan segenap kesungguhan dan keseriusan, saya selalu memohon,
Ya Allah tunjukkanlah dan berilah jalan yang lurus,
kalau jalan ini adalah jalan yang salah
berilah petunjuk agar aku mampu kembali.
Ajari hambamu ini datang menuju mendekatiMu
Beri ingat, dan ajari kalau ini salah.
Tunjukkanlah selalu jalan yang lurus
jalan untuk menemuiMu saat ini, disini
Sebelum engkau memanggilku nanti
Sampai saat ini, saya tidak bisa dan tidak berani mengatakan apakah jalan yang saya lakukan adalah benar, namun inilah usaha saya yang sungguh-sungguh untuk menggapai jalan yang benar. Seandainyapun ini salah, maka saya akan menerima apapun balasan atau hukuman dengan ikhlas dan rela, karena saya telah berusaha dengan segenap kemampuan yang saya miliki untuk menerima petunjuk Allah dan tekun mencari. Berusaha dengan sungguh-sungguh dan serius untuk melakukan sholat yang khusuk yang diajarkan. Berusaha sekuat tenaga memohon dan berdoa, mengharap petunjuk kepada Allah.
Dan jawaban atas doa telah ditunjukkan secara nyata, dengan kesembuhan penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Vonis dokter, bahwa penyakit ini akan saya saya derita selama hidup. Demikian pula pertanyaan saya telah mendapat jawaban dengan bukti yang nyata, yang sesuai dengan yang saya inginkan, semua itu telah saya dapatkan, saya telah menjadi saksi atas bukti nyata yang terjadi pada raga saya.
Maka akalpun tunduk menyerah dengan rela, dengan pasrah, dengan ketundukan. Maha Agung Engkau Ya Allah ... Maha Suci Engkau.
Terima kasih dan sujud syukur dalam untaian kata, dalam deretan doa, dalam hujaman jiwa, kedalaman hati. Rasa syukur, rasa puas, rasa rela dan rasa ridho menguat dan mengakar di dada
Seandainya kematian datang esok, saya akan menerima dengan tenang, kusambut dengan kerelaan. Jiwa ini telah rela, jiwa telah ridho dengan kondisi raga, dengan keadaan tubuh, dengan segala keterbatasan yang saya miliki saat ini, dengan segala kekurangan, Ya saat ini ... disini, di takdirMu Ya Allah, saya menerima dengan dada terbuka. Insya Allah.
Bersambung
Iman Sarjono