Ass.ww.wb.
Cukup lama tidak menuliskan catatan harian perjalanan saya mengikuti cahaya kebenaran ini menuju cahaya di atas cahaya, saya akan melanjutkankan penulisan ini.
Semoga bisa menambah wawasan. Mohon membaca ini sebagaimana membaca sebuah catatan harian. Ya memang ini hanyalah sebuah pemberitaan dan pewartaan, sebagaimana selalu saya jelaskan. Ini adalah kisah saya dalam perjalanan memahami arti sholat khusuk dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia bumi yang normal.
Dengan segala keterbatasan, dengan seluruh kerendahan hati saya mencoba menuliskan lagi. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi saya untuk menuliskan apa adanya. Semoga tidak terselip sebutir kesombongan, semoga tidak terjebak oleh penonjolan diri. Semoga ini hanyalah sebuah coretan biasa atas kejadian biasa yang bisa dialami oleh siapa saja dan kapan saja.
Satu hal yang sungguh-sungguh saya takutkan adalah tinggi hati atau kesombongan, karena ini adalah suatu hal yang benar-benar yang saya khawatirkan, merasa sudah ber-makrifat dan terjebak dalam persepsi diri. Semoga Allah selalu menjauhkan diri saya untuk hal itu. Semoga saya mampu selalu mengikuti dan terliputi dalam 'persepsi' Allah. Amin. Ya Allah, kabulkanlah permintaanku.
Sebagaimana kita tahu bahwa Iblis sangat bermakrifat, namun terjerumus dalam kesombongan sehingga mudah melanggar perintah Allah. Seringkali terjadi, kesombongan itu tersembunyi dalam bentuk atau tertutup oleh topeng-topeng lain, misalnya seperti untuk menunjukkan sesuatu yang lebih, atau hal istimewa, atau semacam itu. Perubahan itu, sedikit demi sedikit dan akan sangat mudah sekali membawa persepsi kepada diri saya sendiri, sehingga akan merasa sudah baik, akan merasa sudah suci, sehingga ketika sampai pada kondisi atau pada posisi ini, saya pasti akan diam di tempat. Malahan yang mungkin terjadi adalah kemunduran, mundur ke arah kekelaman atau kegelapan, ke arah sebelumnya, kehilangan cahaya yang sedang saya ikuti. Semoga hati yang sudah tercerahkan ini, mampu tetap mengarah ke arah kebaikan, ke arah jalan yang lurus, jalan yang diridhoi Allah, yaitu jalan orang-orang yang telah diberiNYA nikmat, jalan para Nabi, Rasul dan alim ulama. Tekun mengikuti cahaya ini.
Masing teringat jelas petuah ustadz Abu Sangkan, Baju yang baru, namun baju yang sama tsb yang dipakai terus menerus dalam waktu lama maka akan kotor dan kusam. Sebaiknya kita harus melihat/mengamati baju itu, memeriksa dan membersihkannya, kalau perlu menanyakan kepada orang lain termasuk kepada rekan-rekan semua. Semoga baju yang saya pakai sekarang ini masih tetap bersih.
Sungguh ketika kita mampu sholat dan memahami maknanya dalam sebuah sholat yang khusuk maka akan terasa betapa nikmatnya sholat tersebut.
Catatan ini harus diulang kembali mulai dari minggu kemarin atau dua minggu sebelumnya, ya saya harus menceriterakan agar lebih urut dan jelas.
Minggu-minggu sebelum ini, untuk sholat khusuk agar mampu on (mendekatkan diri kepada Allah) setiap saat, saya melakukan metode Ihsan. Sedikit demi sedikit terasa kemajuan, dan semakin mudah untuk on, dan mampu sholat khusuk kapan saja, dimana saja dan berapa lama pun.
Mulai terasa sesuatu yang tidak aneh, namun mungkin aneh bagi orang umum, yaitu ketika sholat timbul suatu energy atau hawa yang kuat, sehingga sholat saya seolah terbawa oleh hawa atau medan yang mengangkat, sehingga sholat tidak lagi menggunakan tenaga kasar, namun seolah ada tenaga halus yang mengangkat naik turun, maka sholat terasa ringan, sholat sangat mudah.
Sholat demi sholat dilakukan penuh keseriusan, penuh ketekunan. Untuk melihat bukti nyata, untuk mendapatkan hasil yang benar, secara sungguh-sungguh serius jauh lebih serius dibanding persiapan menuju ujian sarjana.
Mungkin karena saya seorang yang realistis dan rasional, sehingga akhirnya pembuktian secara akal terjadi pada raga atau tubuh yang saya tempati. Pembuktian ini benar-benar sangat bisa saya terima, ketika kesadaran itu muncul maka timbul daya atau kekuatan atau energy yang meliputi badan.
Daya atau kekuatan itu berupa kekuatan yang kadang lemah lembut namun kadang sangat dahsyat yang mampu melemparkan saya sampai jatuh sujud tersungkur, sampai sujud dalam ketakutan, penuh penyerahan, total dalam suatu rasa ketidakberdayaan. Suatu kekuatan yang tak mampu dilawan yang muncul nyata pada raga atau badan saya. Bergerak sendiri, nyata, sungguh-sungguh.
Kekuatan itu real nyata, bergerak, menggeletar, memutar, meregang. Menarik otot dan persendian saya, memaksa saya tunduk dan patuh menerima sebagai sesuatu yang real dan nyata.
Saya sampai merasa aneh, ketika tidak mampu mengatasi kondisi ini, dalam arti ketika saya menolak keadaan ini, tangan saya bergerak diluar kontrol saya, bergetar dalam tasbih, dalam dzikir dan saya tak mampu menahan dan menyuruhnya diam. Namun pemahaman dan ilmu pengetahuan dan akal saya mampu menerima kondisi kesadaran seperti ini. Bayangkan kondisi orang ketakutan dikejar anjing pun akan mempunyai kekuatan dahsyat untuk lompat.
Kesadaran tentang akal, tentang raga dan jiwa mampu mengerti kondisi dan keadaan ini. Karena ketika semua atribut ini saya hadapkan kepada Allah, menimbulkan sensasi yang biasa, namun mungkin dianggap di luar kebiasaan orang umum. Bayangkan seperti kekuatan cahaya yang dikuatkan menjadi cahaya yang berkekuatan diluar kekuatan cahaya biasa.
Ketika kesadaran tubuh atau raga saya hadapkan kepada Allah, seolah tangan atau kaki berdzikir, bergerak, bahkan kadang tak terkontrol, sehingga saya merasa tangan ini mutlak dan pasti bukan milik saya. Seperti orang sakit Parkinson. Bergerak diluar kendali atau kontrol dari diri saya, hanya ketika saya berserah diri, menghadap kepada Allah, mengeluh dan memohon ... Ya Allah, sesungguhnya hambamu ini tiada daya sedikitpun, bahkan untuk menguasai tangan inipun tidak mampu lagi, maka kuserahkan tangan ini dalam kekuasaanMu. Kalau aku masih diijinkan untuk menggunakan maka tundukkanlah tangan ini bagiku. Maka dalam beberapa detik sudah kembali normal.
Bersambung
Iman Sarjono