Lailatul Qadar(Sebuah interpretasi atas turunnya wahyu pertama)
Melintas waktu
bergetar menelusuri detik ke hari
hari ke bulan, bulan ke tahun
sampai seribu empatratus tahun lebih yang lalu
malam yang sepi membelit padang pasir
sendiri diliputi desir angin yang menggigit kulit
keheningan dimana-mana
yang ada hanya sunyi, sepi dan
senyap
keheningan yang terasa mencengkeram
menyelimuti, meliputi, menguasai
tujuh belas malam sudah di bulan Ramadhan ini
dia bertafakur di sebuah gua
mentadaburi alam, mengamati semesta dan isinya
matahari yang terbit, bersinar dan tenggelam
bulan yang bersinar penuh keindahan
bintang-bintang yang digantung di langit tanpa tiang
melihat, mengahayati dan memahami
dalam sejuta tanya,
dalam berbagai kemungkinan
dalam pengharapan, dalam doa, dalam permohonan
dengan pemikiran, dengan perenungan dan kesimpulan
sampai di suatu kondisi di malam itu
dia telah " ummi " dalam cipta dan rasa
tiada daya cipta dan tiada terpengaruh rasa
dalam kesiapan jiwa
dalam keheningan
Tuhan semesta Alam memperkenalkan diriNya
melalui malaikatNya, Jibril yang mewahyukan
Iqro (Bacalah)
Dia tak bisa membaca dalam suasana gua gelap
Dia menjawab, aku tak bisa membaca, sekali lagi
Iqro (Fahami)
Dia menjawab, aku tak bisa membaca, sekali lagi
Iqro (Kenali)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Maka pengenalan, pengetahuan, kefahaman dimasukkan ke dalam hatinya
dibukakan segala pemahaman tentang urusan dunia bagi mata hatinya
dan mata jasmaninya tak mengingkari apa yang dilihat oleh mata hatinya
tak ada suara, tak ada kata, tak ada kalimat
hanya makna yang mengisi hatinya
kokoh dan teguh dalam kesadarannya
Malam itu telah berlalu, namun hakekat yang terjadi pada setiap manusia
adalah sama dengan pemahaman di atas, setiap manusia seharusnya
sampai pada hakekat yang sama yaitu "Belajar".
Belajar kepada Tuhan yang menciptakan manusia dari segumpal darah
Belajar atas apa yang
tidak diketahui
Belajar mengenal segala sesuatu dengan perantaraan "kalam/wahyu/ilham".
belajar makna tak hanya sekedar kata
belajar hakekat tak hanya sekedar kalimat
belajar kepada Tuhan manusia
yang menciptakan manusia itu
yang mengajari manusia
yang memberi pelajaran apa saja yang tidak diketahuinya
Ini adalah kenyataan, ini adalah sebuah realitas
bukan hanya sebuah sejarah masa lalu
namun kenyataan di sini dan di saat ini
seharusnyalah kita mulai belajar kepada Tuhannya manusia.
Sebuah ajakan yang sederhana dan langsung, ajakan untuk belajar kepada Allah,
belajar menerima kalam Allah, belajar mengenali jati diri manusia yaitu berasal dari darah
apa saja yang berada pada diri manusia, nasf, ruh, qalb, dan bashiroh.
dan apapun dalam diri manusia
Untuk belajar ini harus
mengikuti cara Rasulullah yaitu:
Tafakur/kontemplasi mencapai posisi keheningan dan posisi "ummi".
Yaitu mengenal Allah dengan cara dikenalkan oleh Allah sendiri.
Mendekat kepada Allah bukan dengan rekayasa fikiran dari hasil pelajaran,
bukan dari hasil membaca, hasil mendengar ceramah, bukan dari ilmu yang dimiliki.
Karena kesemuanya itu hanya akan menumbuhkan daya cipta yang baru,
menimbulkan rekayasa yang berasal dari persepsi dan keinginan sendiri
maka biarkan Allah yang mengajari.
Buka mata hati untuk mencapai tafakur
tutup akal dan jadilah ummi, tanpa menggunakan ilmu yang dimiliki
==============================================================
Mengheningkan cipta
Bagian ini tidak perlu saya tulis catatan lain: Biarkan Allah yang memperkenalkan diriNya
=====================================================================
Ketika hati
telah menghadapkan jiwa kepada Allah
jiwa telah meniadakan daya cipta dalam keheningan cipta
maka jiwa akan berada pada sisi ruh
maka ruh akan tertarik dan tersedot tanpa mampu dilawan atau dicegah
bagaikan kayu yang terlempar ke dalam pusaran arus sungai
atau masuk ke dalam pusat angin puting beliung
Allah akan mengenalkan diriNya sendiri
dan aku hanya duduk diam, hening
aku tahu
Ada Allah
Dia begitu dekat
lebih dekat dari urat leherku.
(sekedar catatan yang mungkin juga malah membingungkan:
dalam permisalan jiwa adalah seperti cahaya, yang mempunyai dualitas
materi dan gelombang, maka cahaya adalah gelombang elektromagnetis
ketika dihadapkan pada sumber magnet yang sangat kuat
maka gelombang elektromagnet ini akan tersedot oleh medan magnet yang tak terlawan
sehingga energi magnet akan berubah menjadi energi listrik dan akan
menimbulkan energi bagi gelombang elektromagnetis yang sangat kuat
cahaya juga merupakan pembawa informasi yang luar biasa sangat cepat
dan mampu
menampung informasi tak terhingga)
Catatan penting:
Sholat dalam posisi hening cipta dan ummi seperti penjelasan diatas.
Biarkan kita mengenal Allah, terserah bagaimana cara dan maunya Allah.
Hanya ikut, nurut dan manut saja. Biarkan kita dikenalkan olehNya.
Maka kita akan mengenal Allah sesuai dengan apa kehendak Dia.
bersambung