Matahari pagi, memerah sinarnya
membangunku dari mimpi semalam
dari lelap tidurku, dari kematianku, kembali aku dihidupkan
aku sadar, dititipi kesadaran lagi,
dipinjami kesadaran
diberi kesempatan untuk memiliki kekuasaan atas raga ini
menggunakan daya dan organ
tubuh yang saat ini menjadi
milikku,
badanku
kesadaran mulai merasakan banyak isyarat dan pesan untukku
Dimanapun mata memandang
ada pesan yang tengah Kau sampaikan
dalam banyak tanda yang ada di hadapan mata
saat benih tumbuh menjadi pohon berbunga dan berbuah
pergerakan angin awan dan terjadinya hujan
perubahan siang dan malam dan posisi bintang
dimana sja mata memandang
banyak pesan yang berupa isyarat
dalam proses kejadian
manusia
dari bayi remaja dan akhirnya mati
di sekitarku, di sekelilingku
bahkan ada pada diriku sendiri
pesan yang kuterima melalui hati
hari ini entah mengapa begitu sulit
untuk menuliskan kisah, melanjutkan kisah ini
namun akhirnya semua itu mengalir
bergerak lancar tanpa hambatan
(sebabnya akan kutulis dalam bagian kisah berikut ini)
Hari demi hari berlalu, sampai saat ini, di pertengahan bulan Ramadhan
hari ini, tepatnya hari ke
limabelas, sebuah pemahaman menembus jauh ke dalam jiwaku
makna puasa, makna terdalam yang hanya kumengerti sendiri dan hanya kufahami sendiri
walaupun pada kenyataannya, kalimatnya sangat sederhana, dan setiap orang telah tahu yaitu:
" Puasa adalah agar kita bertakwa "
kalimat semacam ini entah sudah ribuan kali kudengar atau bahkan mungkin jutaan kali
sungguh, kadang justru sudah jemu dengan kata atau kalimat semacam ini
kalimat yang seolah berada di angkasa, berada bersama para malaikat, bersama para
Nabi
kalimat yang ada hanya untuk diri
para syuhada atau orang-orang yang dimuliakan
namun bagaimana sebetulnya?.... bagaimana realisasinya .... bagaimana caranya?.
aku hanyalah seorang biasa....
kalau seandainya agama itu hanya untuk orang-orang suci semacam itu
untuk apa agama itu bagiku?. untuk apa aku berpuasa? ...
untuk apa aku harus melakukan ibadah ini atau itu?
untuk apa aku melakukan usaha keras?
untuk apa bersungguh-sungguh kalau toh hasilnya tidak mungkin kuraih.
apakah usahaku ada gunanya?.
apakah aku tak mungkin meraih hasil?
aku menginginkan sebuah tolok ukur!,
aku menginginkan sebuah realitas
yang mampu diterima oleh
rasio!
yang mampu dirasakan oleh akal dan
diterima oleh hati, terutama bagi seorang sepertiku
seorang yang tak banyak mengerti agama, orang awam, orang biasa.
karena aku hanyalah pengguna agama, penganut atau pemeluk saja, seorang biasa saja.
Di hari ini,
seperti sebuah kilat yang menerangi kegelapan, membuka mataku
memasuki sebuah pemahaman tentang makna puasa,
aku mampu merasakan makna puasa itu
aku ingin menuliskannya tentang makna puasa itu dengan jari jemari tanganku sendiri
ingin mengabarkan apa yang kurasa, apa yang kualami, apa yang kuamati
apa saja yang ku sadari, apa
saja yang ku mengerti,
apa saja yang
ku fahami
namun ternyata aku kekurangan kata-kata
dan tak
mampu membuat kalimat demi kalimat
menjadi sebuah alinea, karena kata-kata yang akan kutuliskan,
ternyata adalah sama persis
dengan apa-apa yang diajarkan oleh guru-guru agama di kampungku
oleh ustadz-ustad di masjid, atau oleh pelajaran bagi anak-anak SD atau SMP
bahkan oleh seorang yang baru memulai belajar agama, belajar definisi dan istilah
kata yang sederhana ... bahkan sangat sederhana.
makna puasa ternyata " Belajar ",
belajar mengerti ruhani, belajar bahasa jiwa,
yaitu khususnya belajar bahasa ruhani
aku
sudah tahu bahasa jiwa jasmani, yaitu emosi, marah, sedih, kecewa,
iri
hati, serakah dan lain-lainnya
yang
dikelompokkan dalam "hawa nafs", aku telah belajar dan menggunakan bahasa ini sejak kecil
lingkungan dan alam telah memberi pelajaran kepadaku untuk mahir menggunakan bahasa jiwa ini
bahasa yang kalau dituliskan juga sederhana, bahkan sangat sederhana,
namun rasanya atau akibatnya sungguh tidak sederhana, berat dan sulit
bagi orang-orang yang "merasakan atau menggunakan bahasa jiwa" ini
Sebuah contoh sederhana, "nafsu berahi",
seorang anak kecil yang belum tahu bahasa ini,
atau seorang yang berada di pedalaman,
atau di lingkungan kolot
yang tidak mengajarkan
bahasa ini
tentu saja tidak
mengerti rasa ini,
walaupun diberi tahu definisinya tidak akan memahami
namun ketika bahasa ini, telah difahami oleh jiwa, maka tidak hanya sekedar jiwa yang memahami
maka akal kita akan tunduk, lalu raga kita beserta syaraf-syarafnya akan bekerja menguasai
otot-otot mengejang, jantung berdetak, jiwa berontak menuntut, memaksa
mencari pemenuhan, mengejar dan memburu hasrat untuk menyalurkannya
jiwa akan menciptakan tindakan-tindakan di dalam jiwa itu sendiri
biasa disebut "membayangkan atau menghayal", sebuah realitas di dalam jiwa
yang akan
menimbulkan sebuah daya yang luar biasa, yang terkumpul menjadi sebuah
niat
niat untuk menggunakan daya itu dalam sebuah pemenuhan atau menjadikan sebuah kenyataan
inilah bahasa jiwa
yang difahami oleh jiwa, lalu diikuti atau diterima otak (akal) sehingga
akan diterjemahkan oleh sinyal-sinyal syaraf tubuh kita, seluruh organ tubuh akan mengikuti perintah
sebuah program alami tengah berjalan, berproses, melakukan "eksekusi", menjalankan perintah
jantung akan berdebar, otot-otot mengencang, daya atau kekuatan telah mengisi tubuh
telah mengisi sel-sel tubuh, dalam aliran darah, dalam perputaran nafas, dalam inti atom,
sebuah bahasa jiwa telah mampu diterjemahkan dalam sebuah bahasa kehendak,
yaitu bahasa yang dimengerti oleh inti
setiap sel, inti atom, inti dari bagian terkecil tubuh kita
bahasa yang hanya difahami oleh syaraf-syaraf
di dalam tubuh kita
bagaimana aku harus
menuliskan bahasa jiwa ini, dan menjelaskan kepada orang lain
rasanya tidak mungkin, yang bisa kulakukan adalah mengabarkan proses ini
kepada orang yang pernah mengalami bahasa jiwa ini, dalam contoh ini adalah nafsu berahi
bagi orang yang belum pernah merasakan adanya rasa ini, tentu saja tidak mungkin bisa dijelaskan
mungkin hanya dengan menyamakan dengan sesuatu atau memisalkan dengan yang pernah dialami
yang pasti bahasa ini adalah bahasa yang hanya bisa difahami oleh orang yang pernah merasakan
Demikian pula bahasa-bahasa jiwa yang
lain yaitu marah, kecewa, sedih,
iri
hati, dengki, serakah
atau hal-hal
lainnya, ketika jiwa orang itu merasakan misalnya saja " kebencian "
maka jiwa akan menciptakan yaitu mengkhayalkan balas dendam, membayangkan nikmatnya membalas
otot akan mengejang, jantung akan berdegup kencang, nafas memburu, syaraf-syaraf berdenyar
bahasa jiwa ini mampu dengan jelas diterjemahkan oleh raga kita, sehingga syaraf raga mampu menterjemahkan
mampu membentuk niat, menjadi sebuah tekad dan merealisasikan dalam sebuah tindakan balas dendam
ada pergerakan dan perubahan antara kehendak, daya yang meliputinya dan daya cipta serta aksi atau realisasi
Bahasa-bahasa jiwa ini begitu sederhana dan mudah difahami
hanya perlu
merasakan satu kali saja, maka dia akan faham dan mengerti benar rasanya
mampu menjadikan sebuah kenyataan dalam hidup atau sebuah tindakan dalam hidup yang sebenarnya
Sebuah hal lain yang sangat sederhana dan mudah difahami tentang bahasa jiwa ini adalah "
cinta "
seorang yang belum pernah merasakan jatuh cinta, tentu tidak akan bisa merasakan efek cinta
yang terjadi dalam raga kita, yaitu ketika rasa cinta telah melibat, membelit dan mengikat
adakah seorang yang mampu melepaskan jiwa kita rasa cinta ini telah mencengkeram jiwanya
adakah yang mampu lari?
adakah yang mampu melepaskan diri ketika daya dan kekuatan cinta yang hebat ini bekerja?
seorang yang belum pernah merasakan cinta dengan sebenar cinta tak akan mengerti dan memahaminya
yang dimengerti dan difahami hanyalah hikayat-hikayat cinta atau kisah-kisah cinta
atau legenda-legenda cinta, yang dilihat, dibaca dan di
dengar
entah dari mana
namun tak akan mampu menimbulkan efek yang sesungguhnya di dalam tubuhnya
bagi anda yang pernah merasakan cinta yaitu benar-benar mencintai seseorang atau sesuatu
coba duduk diam, lalu coba jiwa kita masuki rasa itu, atau dalam bahasa sederhana mengenang apa yang kita rasa
maka dalam hitungan detik ... otak akan me-recall seluruh kenangan itu, menggali dan menciptakan ulang lagi rasa itu
nyata ... sungguh-sungguh .... dan sama dengan yang dialami dulu, rasa cinta itu tidak lenyap
walaupun kejadian atau pengalaman yang dialami sudah dilupakan, namun pemahaman rasa itu ada dan nyata
dan syaraf-syaraf akan siap bekerja, jantung akan bekerja cepat, dan seluruh organ tubuh bersiap
contoh paling nyata adalah kenangan akan nafsu berahi yang akan menciptakan sensasi ketubuhan yang sangat
nyata
begitu kita me-recall maka seolah setiap pembuluh syaraf kita sudah siap bekerja merubah niat menjadi
tindakan
Itulah bahasa jiwa yang nyata dan umum difahami oleh kita semua, bahasa jiwa ini adalah bahasa "hawa nafs"
ketika kita pernah
"
merasakan" bahasa jiwa ini, maka dengan mudah tubuh bekerja dan merealisasikan
raga akan siap, syaraf-syaraf akan mudah bergerak membuat kenyataan, merubah kehendak menjadi sebuah realitas
seolah "kun fa ya kun", kehendak yang ada dalam jiwa dalam segera terbentuk di dalam jiwa yaitu khayalan,
kemudian akan membentuk niat dan menjadi tekad dan akhirnya akan menjadi "
daya cipta"
atau sebuah "
tindakan" atau aksi atau perbuatan, atau kenyataan yang mampu dilihat atau diamati oleh orang lain
Kembali ke masalah puasa, renangan puasaku atas manfaat dan tujuan puasaku
puasa itu ternyata adalah belajar bahasa jiwa, namun bahasa jiwa di sisi lain yaitu bahasa "ruh" atau bahasa ruhani
yaitu bahasa dimana merupakan bahasa Ilahi, bahasa komunikasi antara Sang Pencipta dengan makhluknya
untuk memudahkan saja ruh adalah
salah satu sisi jiwa atau salah satu bagian atau salah satu wajah dari jiwa
apapun sebutan atau istilah atau
pemahaman tentang ruh disini tidak masalah, yang pasti adalah salah satu sisi
yang tidak bisa diamati, namun bisa kita rasakan efeknya, sebagaimana efek emosi atau hawa nafs.
kasarnya kalau jiwa kita anggap memiliki
dua sisi, kita anggap saja seumpama
mata uang logam
yang terdiri dari dua sisi, kita hanya bisa memandang ke satu sisinya saja, hanya satu sisinya saja
demikian pula dengan dua sisi jiwa ini, kita hanya bisa menghadapkan ke salah satu sisi jiwa
misalnya yang berisikan emosi atau hawa nafsu saja
hal ini karena kita tidak akan mampu melihat dua sisi mata uang itu bersamaan
maka yang terasa efeknya adalah hanya sisi tersebut, rasa marah, iri hati, berahi, serakah dan lain sebagainya
sisi ini akan selalu nampak bagi diri kita, sampai kita mau membalik ke sisi lainnya
sisi lainnya adalah ruh, yang tentu saja ketika bahasa ruh
diterima akan kita rasakan efek yang mirip
dengan bahasa jiwa yang telah dijelaskan panjang lebar di atas, bahas yang mampu difahami oleh akal
bahasa yang mampu dirasakan oleh raga,
syaraf-syaraf tubuh, organ-organ tubuh, aliran darat, nafas dan inti sel
kedua sisi mata uang ini memang mudah terbalik-balik, yang mampu membolak-balik sisi mata uang ini adalah hati
atau juga disebut kalbu, atau apapun istilahnya, yang pasti kearah mana kita hadapkan sisi mata uang itu
maka yang akan nampak efeknya bagi raga kita adalah sisi mata uang itu
itulah gunanya kita menghadapkan jiwa kita kepada Allah, agar secara otomatis jiwa selalu berada pada sisi ruhani
karena untuk membalik jiwa dengan kekuatan diri sendiri sungguh berat, kadang memang kita mampu
dengan membaca buku agama, kisah kepahlawanan, mendengarkan musik yang berisi agama,
mendengarkan ceramah atau kegiatan apapun untuk mengarahkan jiwa dengan daya sendiri
namun usaha seperti ini adalah berat dan sungguh berat dan kebanyakan diri kita tidak akan mampu
karena hati ini akan mudah terbalik lagi untuk berada pada sisi "hawa nafs"
jadi bahasa
ruhani adalah bahasa yang nyata yang sederhana seperti bahasa jiwa yang biasa
diamati
bahasa ruhani ini karena merupakan bahasa Ilahi, maka kitapun harus menggunakan referensi
yaitu apa yang Tuhan katakan yang ada di dalam Al Quran dan tentu saja yang Rasulullah sabdakan dalam Hadist
namun sayangnya kita selalu melompat ke kesimpulan, yaitu seolah memahami, seolah merasakan
yang semuanya sebetulnya baru sampai tahap anggapan berdasarkan "katanya", kata Al Quran atau kata Rasulullah.
semua baru sampai pada tahap definisi, lalu merasa yakin bahwa itulah yang benar
kasarnya ku misalkan, seperti ini, ada seorang yang membaca buku cinta Romeo dan Juliet
dia sendiri belum pernah jatuh cinta, begitu mendalamnya mempelajari buku itu, sehingga baginya cinta itu hanya dari satu sisi
yaitu sisi kisah cinta Romeo dan Juliet, kadang memang dia mampu merasakan, mendalami dan menghayati
berdasarkan kisah itu yang akan mampu mempengaruhi otak dan akal dia, bahkan kadang diapun mampu merasakan efek
dari rasa
cinta yang dialami, mampu merasakan sedihnya, merasakan gembiranya, mampu memiliki rasa
namun dia sendiri belum pernah merasakan rasa cinta yang sebenarnya, cinta yang sejuta rasa, cinta yang hidup
cinta yang dinamis, cinta yang penuh aktivitas atau cinta yang nyata yang mengalir bersama darah
cinta
yang mengalir bersama nafas, cinta mengisi pori-pori, cinta yang
mengisi sel-sel tubuh, cinta yang mewarnai bagian inti atom
maka orang yang telah merasakan cinta akan memiliki rasa yang jauh lebih banyak dibanding orang yang memahami
dari hanya membaca, dari hanya mendengar, dari hanya meyakini, karena dia telah merasakan cinta, dia telah mengalami rasa
yaitu rasa cinta yang mengharu-biru, penuh warna-warni, penuh cita rasa, pahit, getir, manis, kecut, segala rasa ada dan nyata
pertanyaannya apakah kita bisa belajar untuk meraih cinta ini?
siapakah yang menurunkan
rasa cinta ini?
bagaimana agar kita memiliki cinta
ini?
adakah pelajaran tentang cinta ini?
masih sejuta pelajaran tentang cinta ini!!!
sampai kita mengalami cinta yang hebat
sampai kita mengalami cinta yang dahsyat
sampai kita mengalami cinta yang teruji
sampai kita mengalami dan yakin
bahwa itulah cinta
bahwa itulah cinta sejati
dalam sebuah keyakinan yang tak akan hilang
dalam keyakinan yang tak akan tergantikan
dalam keyakinan yang satu dan hanya satu
itulah cinta
itu makna cinta bagiku
bagaimana cintaku dibandingkan dengan orang lain?.
ya tentu saja berbeda, dan tidak ada masalah
karena itulah dimensi keyakinan
masing-masing orang berada dalam penghayatan cintanya
cinta yang hanya mereka rasakan sendiri
masing-masing orang berada dalam rasa-nya
hari ini semakin memasuki pemahaman
bahwa puasa bertujuan untuk belajar bahasa ruhani
yaitu belajar bahasa Tuhan sebagaimana disebutkan dalalm Al Quran dan Hadist
ada beberapa
tahap awal bahasa Ilahi ini,
tahap awal belum bisa disebut sebagai bahasa ruh,
tetapi hanya sebagai dasar saja, yaitu:
Islam atau tunduk
itulah saat mulai ruh kita mulai menyadari dan menerima serta mau menjalankan secara "
terpaksa "
semua akan diukur dengan pahala dan neraka atau dalam ukuran syurga dan neraka
dalam hal ini yang penting adalah "raga" sudah melakukan, apakah jiwa menolak atau menentang
semua akan diperhitungkan nanti, orang yang sudah tunduk disebut muslim
orang lain akan mampu melihat kondisi seorang sudah muslim atau belum
bahasa selanjutnya adalah:
Iman
yaitu ruh sudah mulai menerima dan menjalankan secara suka rela sebagai sebuah pilihan yang kita
tentukan
puasa sekarang ini adalah sebuah pilihan bagi orang yang telah "
mengaku atau merasa
beriman
"
bahasa ruhani, tentang Iman ini hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah, karena bisa saja seseorang
telah mengaku atau merasa beriman tetapi bagi Allah belum dianggap tepat atau benar
tentu saja Allah menyebutkan ciri-cirinya orang yang beriman yang tidak perlu lagi ku bahas disini
Ikhsan
bahasa ruhani ini sangat mudah dimengerti dan difahami ketika seorang pernah mengalami rasa ini satu kali saja
namun sayangnya jiwa kita sering terbelenggu oleh apa yang kita baca dan apa yang kita dengar dan fahami
tidak pernah mau membiarkan Allah yang mengajarkan atau memberikan rasa ini
Sekali saja rasa ini pernah muncul maka setiap saat, dengan sangat mudah akan merasakan kembali
mudahnya kita akan merasakan adanya Allah kapan saja, dimana saja, sedang apa saja.
apapun yang dilihat akan disadari ada Allah yang mengatur, apapun yang
didengar
akan disadari ada Allah
hidup itu seperti kapas yang dicelup air samudra, Allah meliputi, ada dimana saja, kapan saja
sederhana dan mudah sebenarnya, hanya perlu bersiap menerima Allah
maka Allah akan membuktikan keberadaan Dia kepada kita
Pasrah atau berserah diri
Bahasa ruhani yang satu ini memang cukup sulit, hanya setealh melewati jalan panjang, kesulitan dan banyak cobaan
akhirnya akan memahami makna pasrah ini. Makna pasrah ini sangat berkaitan erat dengan takdir
dengan apa yang terjadi pada diri sendiri dari waktu ke waktu, tanpa memahami takdir maka sulit sekali
untuk menerima bahasa ruhani yang satu ini, hanya dengan meningkatkan keimanan kepada Rukun Iman yang keenam
yaitu Iman kepada qadha dan qadar saja maka Allah akan mengajarkan bahasa ruhani yang satu ini
maka hanya Allah yang tahu kapan kita sudah memahami bahasa
ruhani yang satu
ini
Syukur
Setelah jalan panjang dilalui, maka tibalah ke satu sisi terindah dalam jati diri kita, ketika diri ini mulai mampu
membuka tabir jati diri, mengerti siapa diri sendiri, setelah terbuka maka akan mampu menerima
berada dalam sebuah harmoni antar jiwa dan raga, menerima takdir dan merasakan bahwa takdirnya
adalah kondisi disni dan di saat ini, sehingga akan terbuka sebuah panorama terindah dalam kehidupannya
sebuah keindahan yang tak terbayangkan, ruh mampu membuka tabir dan menerima cahaya keindahan
hati akan dipenuhi cahaya keindahan yang dipancarkan langsung menerangi kegelapan
maka apapun yang dilihat akan nampak begitu indah, apapun yang di dengar akan begitu merdu
dan masih banyak lagi yang lainnya
Maka tentu saja tahapan selanjutnya adalah bahasa ruhani lainnya yang bahasa takwa dan akan meningkat menjadi bahasa
Ikhlas.
Dalam perjalanan di pertengahan bulan ini baru merasakan bahasa ruhani syukur, entah seperti apakah takwa itu atau bahkan
ikhlas itu, tentu saja aku tahu secara definisi dari membaca dan mendengar atau apa yang ada dalam pemahamanku saat ini
namun dari pelajaran selama setengah bulan ini, bahasa ruhani hanya akan mampu diketahui ketika jiwa sudah "
merasakan "
ketika belum pernah merasakan takwa maka tidak mungkin mampu menjelaskan makna takwa itu
ketika belum pernah merasa ikhlas maka tidak mungkin mampu menjelaskan makna ikhlas itu
Tentu saja saat ini sudah ada pemahaman tentang takwa dan ikhlas, tetapi sayangnya itu baru pemahaman dalam " persepsi "
pemahaman berdasarkan apa yang kutahu dan kubaca serta apa yang ku dengar, bukan dari apa yang ku alami
karena seperti yang kujelaskan tentang bahasa jiwa tentang "cinta", dimensi serta keluasan jangkauan, serta keluasan
pemahaman
serta kedalaman makna yang terkandung ketika mengalami cinta sangat berbeda dengan hasil membaca
maka kalau ingin berkata tentang cinta, silahkan merasakan cinta, barulah mengerti keluasan makna cinta itu
demikian pula denganiman, ihsan, pasrah, takwa dan ikhlas.
Apakah dengan pernah mengalami satu kali kita sudah selesai?. jawabnya tentu saja tidak!
cinta itu itu bertingkat dalamnya sampai ke tingkat yang tak terukur dalamnya
maka rasa-rasa yang lain misalnya iman, ihsan, takwa dan ikhlas juga bertingkat, semakin luas dan semakin dalam
namun tentu saja harus dimulai dengan merasakan untuk yang pertama kali
benar-benar merasakan
bukan dari hasil membaca
benar-benar mengalami
bukan berasal dari hasil mendengar
benar-benar merasakan, mengalami
bukan berasal dari pemahaman ego diri sendiri dari membaca atau mendengar
Ketika selesai
dengan perasaan ~mengalami~ bahasa ruhani saat ini
memahami
bahwa puasa itu adalah sebuah pelajaran
puasa adalah belajar bahasa ruhani
puasa adalah bahasa Tuhan yaitu iman, ihsan, pasrah dan syukur
yang akhirnya mampu mengerti bahasa Tuhan yang utama yaitu
kasih sayang
sepertinya jiwa merasa gembira
senang, bahagia dan merasa menemukan pemahaman
"Aha .... Eureka, aku tahu, aku mengerti untuk apa berpuasa"
lalu langsung berfikir dan mengarahkan.....
pasti selanjutnya adalah bahasa tentang takwa dan dilanjutkan tentang ikhlas
otak bekerja dan
menganalisa, akhirnya merasa sok tahu, merasa sok mengerti
aku sudah tahu, aku sudah kenal apa itu takwa
akan kutuliskan saja tentang takwa ini
mudah gampang simple dan sederhana
namun ternyata .... blank
aku tak mampu menuliskan apapun tentang takwa
aku tak mengerti apapun tentang itu
tak ada definisi, tak ada rasa tentang takwa
kosong ..... hilang .... tak ada sesautupun yang mampu kutuliskan
aku kehilangan kata-kata
aku tak mengerti apapun
aku
kehilangan pegangan, aku tak bisa apa-apa
aku tak mengerti apa-apa, yang kumengerti hanyalah yang sudah kulalui
yang sudah kualami, tanganku diam, hatiku diam, otakku kosong
aku tak mampu menuliskan tentang takwa
aku tak tahu apa-apa, bagaimana aku mulai menuliskannya
Dengan diam, lalu tunduk sujud aku memohon ampun
Ya Allah ... Ya Tuhanku
maafkan aku
ampuni kesombonganku
ampuni aku yang merasa bisa
ampuni aku yang merasa tahu
ampuni diriku yang "ingin" mengajariMu
yang ingin mengarahkanMu
dalam diamku
aku bersujud
seandainya tak kau maafkan aku
sungguh aku akan menjadi sesat dalam hidupku
tak ada sesuatu yang akan mampu menolongku
hanya Engkaulah penolongku
hanya Engkaulah yang mampu membimbingku
dengan bersungguh aku biarkan diriku
untuk Kau ajari apa saja, apa saja yang inginkan
biarlah kuikuti, apakah itu pelajaran takwa ataukah yang lainnya
apakah ikhlas atau bahasa
yang lainnya
biarlah kutuliskan apa saja yang ingin Kau ajarkan kepadaku kali ini
terserah apa saja mauMu
Ketika kepasrahan ini muncul
mulailah daya untuk menulis muncul
sehingga tulisan inipun mampu kusajikan
tulisan ini menjadi sebuah kenyataan
bukan dari keinginan atau ego
namun hanyalah merupakan sebuah pewartaan
sebuah kisah kejadian sehari-hari
sebuah pengalaman dalam menjalani puasa dari hari ke hari
Lalu muncul sebuah daya untuk menuliskan tentang:
Lidah dan Hati
sementara keinginan seolah ingin menuliskan tentang takwa
ya itulah inti tulisan selanjutnya
yang akan kutuliskan pada catatan harian ke enambelas
Ya Allah ajari aku untuk menggunakan bahasa ruhani
yaitu bahasa yang mampu kugunakan ketika bersamaMu
dalam sholatku hari ini
Catatan penting di hari kelima belas puasa:
bagi seorang muslim maka sholat hanyalah pencapain pahala, yaitu pengejaran surga dan neraka,
maka yang sholat hanyalah raganya saja
bagi seorang yang beriman maka sholat sudah seharusnya sudah mulai menggunakan jiwa, maka sholat adalah raga bersama jiwa
maka gunakan rasa-rasa yang ada dalam jiwa dalam hal ini adalah "perasaan" atau emosi, senang sedih, kecewa dan lain-lainnya
bagi yang mau melangkah selanjutnya adalah menggunakan bahasa ruhani, yaitu bahas sisi jiwa yang mampu berhubungan dengan Allah
bahasa
yang sama antara hamba dan Tuhannya, yaitu pasrah, lalu syukur, dan
selanjutnya dengan bahasa yang lebih jauh lagi yaitu takwa dan terakhir
ikhlas
sholat adalah sarana untuk belajar bahasa-bahasa ini, semakin baik sholat kita maka akan semakin lancar dengan bahasa-bahasa ini
merasakan dan mengalami rasa-rasa ini lalu menggunakan dalam setiap sholat, setiap saat kita sholat
sehingga akan mampu terjadi komunikasi, timbal balik, dua arah
Sholat adalah sebuah metode untuk mengarahkan jiwa kita ke satu sisi jiwa yaitu ruh
sebagaimana sisi mata uang
tentu saja sisi mata uang lain akan selalu ada dan muncul setiap kalai ada sebuah kehendak,
maka itulah gunanya sholat lima waktu agar selalu dihadapkan pada sisi ruh, seandainya kehendak itu semakin kuat
maka perlu ditambah dengan sholat sunnah, agar tetap teguh pada salah satu sisi jiwa yaitu "ruh".
maka akan diturunkan petunjuk dan hidayah yang tentu saja akan mampu dimengerti
oleh ruh yang sudah biasa berkomunikasi
maka proses belajar bahas ruhani ini sangat penting dan harus dilakukan terus menerus
ketika mulai memahami bahasa ruhani ini maka rahasia demi rahasia sholat akan terbuka
tentu saja rahasia ini berkaitan bagi diri sendiri, yang tergantung apa kehendak Allah
atau jelasnya apa takdir yang Allah kehendaki bagi raga (kenyataan) kita
maka akan terbuka sebuah keyakinan yang akan menumbuhkan niat yang kuat
sehingga menghasilkan tekad membaja, mental yang tak tergoyahkan
untuk mencapai apa yang Allah kehendaki menjadi sebuah realitas
yaitu apa yang nampak bagi mata atau panca indera kita
itulah sebuah proses membaca takdir kita
yaitu membaca kehendak Allah yang ada dalam keyakinan
menjadikan kehendak Allah menjadi sebuah kenyataan
Kalau Allah menghendaki
Kulantunkan lagi sebuah puisi lama
mengisi hariku saat ini
telah kubisikkan kidung-kidung cinta
telah kusenandungkan lagu-lagu rindu
yang selalu bagai desir angin
silir lembut mengipas hati
yang telah menjadi bilik bilik cinta
kamar kamar kerinduan
yang menyebar
dalam debur jantung
dalam hela nafas
menyelinap lewat teduhnya tatap mata
menyeruak lewat kata lembut
untaian kalimat puisi indah
dalam puja puji kepada Sang Esa
yang akan
mampu terbaca
jelas
bagi siapa saja yang mempunyai cinta
yang menyimpan cinta dalam dadanya
mempunyai catatan indah kerinduan
yang berpendar dalam frekuensi pelangi cinta
yang akan bersatu menjadi sebuah tembang indah
bersama dalam kidung cinta
memuja kepada Tuhan semesta Alam
maka ketika kidung dzikir ini telah dilantunkan
oleh jiwa jiwa yang berkhidmad kepada Tuhannya
bulan akan menunduk malu
matahari akan tersenyum bangga
menyatu dalam kidung dzikir
menuju satu titik puncak tertinggi
ampunan dan rahmah dari Sang Penguasa
Semesta
limpahan sayang dan kemenangan
bagaikan semburan cahaya berkilau
Supernova yang kilatnya lebih terang
dibanding seribu buah rembulan
yang akan memberi jalan terang kepada sang hamba
sepanjang hidup, agar tak tersia-sia arti hidupnya
agar mampu menyempurnakan hidup kita
selalu teguh di jalanNya
Sebuah jalan lurus yang telah disempurnakanNya
yang telah diridhoiNya
" Islam ".
bersambung